Pulau Pekajang di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, merupakan titik fokus perbincangan yang sarat dengan sejarah dan kultural. Status pulau ini bukan hanya sekadar administratif, melainkan juga mengandung makna lebih dalam bagi masyarakatnya.
Dalam penelitian yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa selama periode 1748 hingga 1909, Pulau Pekajang menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Riau-Lingga. Hal ini ditandai dengan beberapa perjanjian antara pemerintah kolonial Belanda dan Kesultanan Riau, yang menunjukkan pengakuan kuat akan eksistensi pulau tersebut dalam peta sejarah.
Aspek Sejarah dan Peta Pulau Pekajang
Pulau Pekajang tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang yang melingkupinya. Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional menjelaskan bahwa dokumen dan peta dari era kolonial secara jelas menunjukkan keberadaan pulau ini dalam kawasan kekuasaan Kerajaan Lingga Riau. Peta Riaow dan peta Residentie Riouw adalah sebagian dari dokumen yang mendukung klaim tersebut.
Geografis Pulau Pekajang yang terletak di bawah Pulau Singkep semakin meneguhkan posisinya dalam gugusan Kepulauan Lingga. Selain itu, ada banyak catatan yang mengaitkan nama “Pekajang” dengan budaya lokal. Istilah ini dipercaya berasal dari kata “kajang,” yang merujuk pada atap dari anyaman daun nipah yang digunakan pada perahu. Ini menunjukkan kedekatan masyarakat dengan alam dan tradisi pelayaran yang telah ada sejak lama.
Kepemimpinan dan Budaya Lokal
Pulau Pekajang juga memiliki kekuatan dalam aspek kepemimpinan dan budaya lokal. Selama era Kesultanan Riau-Lingga, Pulau ini dipimpin oleh Kepala Suku Encek Diah yang diangkat langsung oleh Sultan. Sebagai penghormatan, sultan memberikan pusaka berupa pedang dan tombak yang simbolis terhadap kekuasaan adat. Hingga kini, warisan tersebut masih dijaga oleh keturunan Encek, menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara sejarah dan identitas masyarakat setempat.
Pada awal kemerdekaan, Pulau Pekajang menjadi desa definitif dalam Kecamatan Lingga, dipimpin oleh seorang ‘Batin’ yang mengedepankan nilai-nilai tradisional. Dalam konteks ini, ada tokoh-tokoh yang pernah memimpin desa ini dan meninggalkan warisan penting bagi generasi selanjutnya. Pengalaman para pemimpin ini tidak hanya menceritakan perjalanan sejarah, tetapi juga menekankan pentingnya peran lokal dalam pengelolaan masyarakat.
Dari keseluruhan penjelasan ini, terlihat bahwa Pulau Pekajang merupakan bagian integral dari Kabupaten Lingga baik secara historis, kultural, maupun administratif. Hal ini sangat penting untuk dipahami, sehingga tidak hanya menjadi pengetahuan umum, tetapi juga untuk memperkuat rasa identitas masyarakat setempat.