Tanjungpinang – Dalam merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80, masyarakat Kota Tanjungpinang kembali berkumpul untuk mengikuti Gerak Jalan Tri Lomba Juang. Kegiatan ini menjadi simbol semangat dan antusiasme masyarakat, serta sebuah tradisi yang kembali dihidupkan.
Tahun ini, acara gerak jalan menawarkan tiga kategori jarak, yaitu 8 km, 17 km, dan yang paling menonjol, 45 km. Kembalinya kategori 45 km, setelah sempat absen, menjadi momen yang membawa kembali semangat perjuangan serta menggerakkan ekonomi lokal di Tanjungpinang.
Kategori Gerak Jalan dan Dampaknya terhadap Ekonomi
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wali Kota Tanjungpinang, kembalinya rute 45 km bukan hanya sekedar simbol nilai-nilai perjuangan, tetapi juga berfungsi sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Dalam sebuah pernyataan, Wali Kota Lis Darmansyah menyebutkan bahwa acara ini dapat menghidupkan perekonomian kota dengan dampak yang signifikan. “Gerak jalan 45 km mampu menghidupkan perekonomian kota. Dampaknya setara dengan aktivitas ekonomi selama sepekan, hanya dalam satu malam,” ungkapnya. Ini menunjukkan bagaimana kegiatan olah raga bisa menjadi alat untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan memberikan peluang bagi pelaku usaha.
Setiap kategori dalam acara ini menawarkan peluang bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan pedagang kaki lima untuk mendapatkan daya tarik dari banyaknya peserta dan penonton. Menurut Lis, kehadiran ribuan orang di acara ini akan memberikan lonjakan pendapatan secara signifikan. Sejumlah pelaku sektor jasa pun akan merasakan dampak positif dari acara ini, dimana mereka bisa mendapatkan banyak pelanggan baru.
Strategi Pelaksanaan yang Efisien dan Menarik
Rute gerak jalan untuk kategori 45 km direncanakan dimulai dari Kantor Wali Kota Tanjungpinang. Proses pelaksanaan akan berlangsung dengan ketertiban dan efektivitas yang menjadi prioritas. Peserta gerak jalan akan dilepas dalam dua barisan secara paralel, memungkinkan sistem penilaian dilakukan secara terpisah namun tetap objektif. “Dua barisan dilepas sekaligus, dua sistem penilaian. Proses jadi lebih cepat, tapi tertib dan adil,” tegas Wali Kota Lis.
Keberadaan dua sistem penilaian ini tidak hanya mempercepat proses, tetapi juga mendorong kompetisi yang sehat diantara peserta. Selain gerak jalan, Wali Kota juga mengusulkan agar setiap kecamatan menyelenggarakan minimal satu event permainan rakyat, seperti tarik tambang antar kelurahan. “Buat event seperti tarik tambang, RT satu kelurahan lawan RT kelurahan lain. Tidak harus selesai dalam sehari, bisa dicicil mingguan,” jelasnya. Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat tali persatuan dan kebersamaan di antara warga.
Apabila pelaksanaan di tingkat kecamatan belum dapat direalisasikan, Lis menganjurkan agar dimulai dari tingkat kelurahan dan menyusun pemenang yang kemudian akan bertemu di tingkat kecamatan. “Laksanakan bergilir tiap tahun di masing-masing kelurahan. Pemenangnya nanti bertemu di kecamatan. Ini cara kita bangun semangat dan kebersamaan warga,” tambahnya.
Melalui upaya-upaya ini, diharapkan masyarakat tidak hanya berpartisipasi dalam acara olahraga, tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih erat antar warga. Gerak Jalan Tri Lomba Juang menjadi lebih dari sekadar perlombaan; itu adalah cara untuk merayakan kemerdekaan, mempromosikan kabupaten, dan meningkatkan semangat kebersamaan.
