Dalam suasana yang hangat dan penuh makna, Desa Mamungaa Timur merayakan 10 Muharam 1447 Hijriah dengan acara yang menggembirakan. Peringatan Hari Asyura ini tidak hanya menjadi kesempatan untuk berdoa dan merenung, tetapi juga memperlihatkan kekayaan budaya kearifan lokal melalui Festival Apangi 2025, yang menyatukan nilai-nilai spiritual, tradisi kuliner, dan semangat kebersamaan warga setempat.
Pada hari Sabtu, 6 Juli 2025 lalu, masyarakat berkumpul untuk merayakan kegiatan yang menarik perhatian banyak orang ini. Festival Apangi berfungsi sebagai momentum refleksi spiritual serta kompetisi kuliner yang unik, yaitu membuat kue Apangi, yang menjadi tradisi khas daerah setempat dan sarat akan makna. Ini menandakan bahwa peringatan keagamaan pun bisa dipadukan dengan budaya lokal yang kaya.
Pentingnya Kebersamaan dalam Merayakan Tradisi
Festival ini tidak sekadar perayaan semata, tetapi juga memperkuat hubungan antarwarga dan melestarikan tradisi. Penjabat Kepala Desa Mamungaa Timur, Rosihan Kaluku, mengungkapkan rasa syukurnya atas partisipasi seluruh warga dalam acara tersebut. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat penting untuk merawat silaturahmi yang baik antarwarga serta menghidupkan kembali semangat gotong-royong.
Rasa gembira terlihat jelas pada wajah para peserta. Acara ini bukan hanya soal menyajikan hidangan atau hadiah, tetapi juga tentang melakukan sesuatu bersama sebagai komunitas. Dengan menghidupkan tradisi, mereka tak hanya merayakan sejarah melainkan juga mewariskannya kepada generasi mendatang.
Persaingan Dalam Lomba Kue Apangi
Salah satu acara utama dalam Festival Apangi adalah lomba membuat kue Apangi terbesar. Setiap dusun berpartisipasi dengan penuh semangat, menciptakan kue Apangi yang tidak hanya menarik dari segi rasa, tetapi juga dalam aspek ukuran. Kehangatan persaingan ini menjadi magnet tersendiri bagi warga yang menyaksikan, menciptakan suasana meriah di antara mereka.
Di akhir lomba, juara pertama diraih oleh Dusun 2 dengan ukuran kue mencapai 30 cm. Dusun 4 menempati posisi kedua dengan ukuran 27 cm, diikuti oleh Dusun 5 yang berhasil membuat kue berukuran 23 cm. Keberhasilan ini bukan hanya tentang ukuran, tetapi juga menunjukkan kreativitas dan kekompakan tim setiap dusun. Hadiah yang diberikan kepada para pemenang pun menjadi bentuk penghargaan atas usaha dan kerja keras mereka.
Menariknya, juara bukanlah satu-satunya tujuan dari lomba ini. Pj. Kepala Desa Rosihan Kaluku berpesan bahwa kegiatan ini lebih kepada semangat kebersamaan dan kontribusi terhadap masyarakat, menjadikan momen tersebut lebih berarti bagi seluruh peserta.
Dengan adanya acara ini, harapan masyarakat untuk menjadikan peringatan Hari Asyura sebagai agenda tahunan semakin besar. Mereka ingin memperbaiki setiap penyelenggaraan di tahun mendatang, menjadikannya lebih terstruktur dan berdampak positif bagi pembangunan sosial serta spiritual desa.
Refleksi Akhir dan Harapan Masyarakat
Acara ditutup dengan doa bersama, yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Doa ini ditujukan agar desa selalu diberkahi, dijauhkan dari bencana, dan tetap memiliki semangat untuk mengembangkan kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. Peningkatan kerukunan dan solidaritas menjadi tema sentral dalam peringatan 10 Muharam tahun ini.
Dengan suksesnya Festival Apangi 2025, masyarakat Desa Mamungaa Timur berharap agar peringatan Hari Asyura selanjutnya semakin meriah dan memberikan dampak positif lebih besar. Seperti yang diajarkan dalam pesan Rasulullah SAW, hari tersebut adalah waktu untuk berbagi, berbuat kebaikan, dan mempererat ukhuwah di antara sesama. Masyarakat berharap semoga tradisi luhur ini bisa tetap terjaga dan berkembang di masa depan.