Suasana haru menyelimuti Lapangan Pamedan, Tanjungpinang, pada suatu hari Minggu di bulan Juli. Ribuan warga Kepulauan Riau berkumpul dalam acara yang sangat berarti, Semarak Muharram 1447 H, yang dirangkaikan dengan Tabligh Akbar dan aksi solidaritas untuk Palestina.
Dalam momen yang penuh emosi ini, tangis pecah saat doa bersama dipimpin oleh seorang ulama, mengenang korban agresi militer yang terjadi di Jalur Gaza. Apa yang mendorong warga untuk berkumpul dalam jumlah yang begitu masif? Apakah ini hanya sekadar acara biasa atau ada rasa kepedulian mendalam terhadap tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung?
Pengingat Akan Tragedi Kemanusiaan
Acara tersebut bukan hanya sekadar pertemuan, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat akan tragedi yang menimpa rakyat Palestina. Gubernur Kepri menyuarakan kecaman keras terhadap serangan brutal yang telah merenggut banyak nyawa, termasuk mereka yang tak bersalah seperti perempuan dan anak-anak. Data terkini dari Kementerian Kesehatan Palestina menjadi bukti nyata betapa seriusnya situasi di sana.
Hingga pertengahan Juli 2025, jumlah korban tewas di Gaza sudah mencapai lebih dari 50 ribu orang. Angka ini tidak hanya mencerminkan statistik, tetapi juga kisah-kisah tragis dari kehidupan yang hilang, keluarga yang terpisah, dan penderitaan yang tak terhingga. Dapatkah kita hanya diam menyaksikan segala hal ini terjadi tanpa berbuat apa-apa?
Langkah Nyata Rakyat dan Pemimpin
Inisiatif yang diambil oleh masyarakat Tanjungpinang melalui Tim Peduli Palestina adalah langkah nyata untuk menunjukkan kepedulian. Rangkaian acara ini diadakan untuk menggalang dana dan memberi dukungan kepada mereka yang terkena dampak. Dalam aksi penggalangan dana, Gubernur menyerahkan donasi pribadi dan mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk juga berkontribusi, baik secara materil maupun spiritual.
Akankah kita menjadi bagian dari perubahan? Dalam tausiyah yang disampaikan oleh ulama setempat, dia mengajak umat untuk tetap solid dan tidak tinggal diam terhadap penderitaan rakyat Palestina. Ini adalah panggilan untuk mengangkat suara kita, sekaligus memberikan dukungan nyata bagi mereka yang membutuhkan. Momen ini bukan hanya tentang berapa banyak yang kita sumbangkan, tetapi juga bagaimana kita bersatu dalam cita-cita kemanusiaan yang lebih besar.
Acara yang diakhiri dengan lelang amal juga menjadi simbol harapan dan solidaritas. Lukisan dan barang-barang bernilai lainnya dilelang untuk menambah donasi, menunjukkan bahwa setiap kontribusi, sekecil apapun, dapat membuat perbedaan. Semua hasil donasi akan disalurkan melalui saluran resmi, memberikan kepercayaan bahwa bantuan ini akan sampai ke tangan yang tepat.
Pada akhirnya, langkah ini mengajak kita semua untuk merenungkan posisi kita. Apakah kita akan tetap berada di pinggir dan hanya menyaksikan ataukah kita akan ikut berpartisipasi dalam perjuangan kemanusiaan ini? Mari kita bersama-sama mengulurkan tangan, memberikan dukungan yang diperlukan, dan memastikan bahwa suara kita terdengar.