Oleh: Noorhalis Majid
MALAM itu, saya menyambut kedatangan teman lama, seorang tokoh yang berkomitmen pada nilai-nilai toleransi dan inklusivisme. Dalam suasana ramah di rumah perpustakaan kami, kami mulai mendiskusikan isu yang sangat krusial bagi bangsa ini.
Pertanyaan pertama yang terlintas adalah, apa elemen paling mendasar yang mulai luntur dari jati diri kita sebagai bangsa? Diskusi ini membawa kita menyusuri akar dari berbagai persoalan yang mencuat, dan menemukan bahwa kejujuran adalah nilai yang kian tergerus dalam masyarakat kita.
Kejujuran Sebagai Modal Sosial
Di tengah berbagai tantangan dan gesekan sosial, kejujuran telah menjadi fondasi yang semakin rapuh. Kejujuran bukan hanya sekadar sikap, tetapi juga catalisator bagi nilai-nilai kemanusiaan lainnya, seperti solidaritas, kebersamaan, dan gotong royong. Dari kejujuran, lahir pemahaman yang mendalam tentang kemanusiaan dan tanggung jawab kita terhadap sesama.
Berbagai data menunjukkan bahwa hubungan sosial yang sehat tidak dapat tumbuh tanpa adanya kejujuran. Ketika kejujuran memudar, yang muncul adalah kebohongan yang harus ditutupi dengan kebohongan lain, menciptakan siklus destruktif yang merugikan masyarakat. Kita seharusnya menyadari bahwa krisis ini lebih dari sekadar masalah individu; ini adalah masalah kolektif yang memerlukan perhatian serius dari setiap lapisan masyarakat.
Membangun Kembali Modal Sosial
Lalu, bagaimana cara kita merevitalisasi kembali modal sosial yang mulai pudar ini? Jalan terbaik adalah mempromosikan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman hidup yang dijunjung tinggi. Selain itu, mendorong budaya gotong royong dan membangun rasa kebersamaan dalam masyarakat menjadi sangat penting. Kebersamaan ini tidak hanya menghasilkan usaha kolektif, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian yang lebih dalam antar individu.
Kita mesti berani mengambil langkah-langkah konkret untuk mengembalikan kejujuran sebagai norma. Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat, pendidikan karakter di sekolah-sekolah, dan kampanye konsisten tentang pentingnya kejujuran dapat menjadi upaya yang efektif. Di zaman informasi ini, di mana berita dan informasi kadang sulit dibedakan antara yang benar dan yang salah, kejujuran harus menjadi kompas yang membimbing tindakan kita.
Tantangan tentu besar, terutama ketika banyak kebenaran palsu yang digembar-gemborkan seolah menjadi fakta. Tindakan ini dapat merusak kepercayaan masyarakat dan membuat individu merasa skeptis terhadap kebenaran yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, penting untuk mendidik generasi mendatang tentang nilai-nilai kejujuran sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan yang dapat membangun kembali modal sosial yang telah hilang.
Dalam setiap tindakan kita, mari mulai berkata, berperilaku, dan bertindak dengan kejujuran. Jika kita tidak mampu melakukannya, lebih baik kita memilih untuk diam, karena terkadang, keheningan bisa lebih bernilai daripada berbicara tanpa makna. Kami menutup obrolan malam itu dengan harapan, bahwa kejujuran yang kembali ditegakkan, akan membangun koneksi yang lebih kuat dalam masyarakat kita.
Begitulah diskusi kami di malam itu, sebuah refleksi tentang apa yang harus dilakukan agar modal sosial kita bisa pulih dan tumbuh kembali. Kitalah yang bertanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai ini agar tidak hilang dari kehidupan bangsa kita.
Penulis: Pegiat Forum Ambin Demokrasi