Tradisi tahunan Mesiwah Pare Gumboh adalah momen penting bagi masyarakat Suku Dayak Deah di Desa Liyu, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. Diadakan dengan gotong royong, acara ini menjadi sarana vital untuk melestarikan budaya lokal dan mempererat hubungan antarwarga.
Selama acara berlangsung, suasana penuh keakraban dan semangat kekeluargaan sangat terasa. Tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan masyarakat, tetapi juga menjadi platform untuk menarik perhatian luar terhadap kekayaan budaya yang dimiliki.
Mesiwah Pare Gumboh: Warisan Budaya Dayak Deah
Ritual Mesiwah Pare Gumboh merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak Deah atas kelimpahan hasil panen dan keharmonisan dalam hidup. Dengan latar belakang masyarakat nomaden, tradisi ini berasal dari Desa Liyu dan Gunung Riut. Hal ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga refleksi dari kearifan lokal yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Pj Sekretaris Daerah Kabupaten Balangan, Sufriannor, mengingatkan pentingnya kelestarian budaya dan alam. Dalam kata-katanya, ia menekankan, “Jangan sampai kita melupakan dan meninggalkan kebudayaan kita. Harus terus dilestarikan agar jangan punah.” Ucapan ini menggambarkan betapa vitalnya menjaga tradisi yang telah ada sejak lama.
Dukungan Untuk Tradisi dan Pengembangan Budaya
Acara Mesiwah Pare Gumboh, yang berlangsung selama tiga hari dari 18 hingga 20 Juli 2025, memperoleh dukungan luas dari berbagai pihak. Dalam harapannya, Sufriannor menginginkan agar pemerintah daerah, kementerian, dan lembaga lain meningkatkan dukungan terhadap acara ini. Hal ini tidak hanya untuk keberlangsungan MPG, tetapi untuk menginspirasi generasi muda agar lebih mengenal dan mengembangkan kreativitas dalam budayanya.
Kepala Desa Liyu, Sukri, menyampaikan bahwa Mesiwah Pare Gumboh bukan hanya pelestarian budaya, tetapi juga memiliki makna sosial yang mendalam. “MPG membawa misi penting sebagai perekat kekerabatan, di mana seluruh proses persiapannya dilakukan bersama-sama dengan semangat kekeluargaan dan gotong royong,” ungkapnya. Dengan semangat ini, diharapkan seluruh masyarakat berpartisipasi dalam menjaga dan merawat tradisi mereka.
Acara ini juga dimeriahkan dengan beragam pertunjukan, seperti sanggar tari, pemusik lokal, parade tarian tradisional Dayak, hingga konser musik. Semua itu menjadikan MPG sebagai perayaan budaya yang penuh semarak dan mengesankan. Penutupan acara ditandai dengan pemukulan gong, menyatakan bahwa tradisi ini harus terus dilestarikan dan diresapi oleh generasi mendatang.
Dengan semangat pelestarian budaya dan kekerabatan, Mesiwah Pare Gumboh berfungsi sebagai jembatan antara generasi yang lebih tua dengan generasi muda, mengajarkan mereka tentang pentingnya nilai-nilai tradisional yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.