Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) tengah menjajaki kerja sama strategis dengan universitas ternama di Malaysia, khususnya dalam bidang pelestarian arsitektur warisan budaya Melayu. Kerja sama ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya menjaga kekayaan budaya yang ada di wilayah ini.
Pembahasan mengenai kolaborasi ini berlangsung di Ruang Rapat Engku Putri Raja Hamidah, di kantor Wali Kota Tanjungpinang. Dalam rapat tersebut, Wali Kota Tanjungpinang memimpin langsung pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk direktur pusat kajian dari universitas tersebut.
Kepentingan Pelestarian Arsitektur Warisan Budaya
Pentingnya melestarikan arsitektur warisan budaya Melayu tidak bisa dianggap remeh. Sejarah mencatat, arsitektur ini adalah cerminan dari perjalanan panjang budaya, perdagangan, dan interaksi antarkawasan di Asia Tenggara. Warisan ini tidak hanya menjadi saksi bisu dari peradaban yang pernah ada, tetapi juga menjadi identitas bagi masyarakat di daerah tersebut.
Salah satu contoh konkret yang diangkat dalam pertemuan ini adalah Pulau Penyengat, yang dikenal sebagai kawasan warisan penting. Sebuah tim peneliti dari universitas Malaysia telah melakukan penelitian mendalam tentang pulau ini. Mereka tidak hanya mendokumentasikan, tetapi juga membuat maket sebagai bagian dari pengembangan ilmu konservasi yang lebih baik. Identitas budaya Melayu yang masih kuat di Tanjungpinang bahkan terlihat dari cara berpakaian para pejabat di kawasan tersebut, yang dengan bangga mengenakan busana adat dan tanjak.
Membangun Kolaborasi untuk Penguatan Budaya
Kerja sama ini diharapkan bisa membuka jalan bagi berbagai program kolaboratif. Hal ini mencakup riset, dokumentasi, pelatihan, hingga workshop arsitektur budaya. Rencana tersebut akan sangat bermanfaat, terutama bagi generasi muda yang menjadi harapan penerus budaya. Dengan melibatkan mahasiswa dan akademisi, kesempatan untuk belajar dan memahami pentingnya pelestarian budaya semakin terbuka lebar.
Wali Kota Tanjungpinang juga menyoroti bahwa Tanjungpinang telah menjadi titik penting dalam jalur perdagangan sejak abad ke-17, mencerminkan keberagaman dan keunikan yang dimiliki. Peninggalan arsitektur di kota ini adalah hasil interaksi antara berbagai budaya, termasuk Melayu, Timur Tengah, India, dan Eropa. Hal ini menunjukkan betapa strategisnya posisi Tanjungpinang dalam konteks sejarah budaya di Asia Tenggara.
Kolaborasi ini bukan hanya soal menjaga sesuatu yang telah ada, tetapi juga berupaya menjadikan Tanjungpinang sebagai laboratorium hidup untuk penelitian arsitektur warisan Melayu. Visi ini merupakan langkah maju dalam menjadikan kawasan ini sebagai pusat rujukan internasional dalam pelestarian budaya. Pertemuan tersebut diakhiri dengan semangat kolaborasi, penuh dengan harapan bahwa kerja sama ini bisa memperkuat pelestarian budaya serta menjangkau generasi muda.