• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Senin, Agustus 25, 2025
  • Login
No Result
View All Result
Rilisutama.com
  • Home
  • Metropolis
  • Ekonomi
  • Daerah
  • Hukrim
  • Nasional
  • Home
  • Metropolis
  • Ekonomi
  • Daerah
  • Hukrim
  • Nasional
No Result
View All Result
Rilisutama.com
No Result
View All Result
Home Hukrim

Toleransi FKUB Kalsel di Kota Singkawang yang Mengesankan

Toleransi FKUB Kalsel di Kota Singkawang yang Mengesankan

DULU orang datang ke Kota Singkawang sekedar melihat amoy, sekarang banyak yang datang ingin belajar cara merawat toleransi.

Padahal toleransi di kota ini sudah ada sejak zaman nenek moyang, kami hanya merawat dan menjaganya agar tetap lestari, kata Yulianus, asisten pemerintahan kota Singkawang, kepada rombongan Kalimantan Selatan yang datang berkunjung, disambut di Aula Wali Kota Singkawang, Jumat 22 Agustus 2025.

Selain FKUB Kalimantan Selatan, hadir pula dalam rombongan Kaban Kesbangpol Provinsi Kalimantan Selatan, Heriansyah, beserta sejumlah staf kesbangpol, serta staf Kesra dan Kanwil Kemenag Kalimantan Selatan.

Kota ini dikenal dengan nama kota Seribu Kelenteng, sebab sejak dahulu kala Kelenteng dibangun oleh warga Tionghoa dan menghiasi berbagai sudut kota.

Sejak dulu warga di sini menyambut warga yang datang dari mana saja dengan hangat, sehingga tidak heran penduduknya menjadi heterogen, karena menerima siapapun yang datang tanpa ada sikap penolakan, lanjut Yulianus.

Sebenarnya, selain dikenal sebagai kota toleran, kalau datang ke kota ini, juga akan disuguhkan berbagai kekayaan objek wisata.

Ada batu meteor, sebuah batu purbakala yang entah kapan batu tersebut dikirim ke kota ini.

FKUB Kalsel saat mengunjungi Kota Singkawang, Kalimantan Barat, Jumat 22 Agustus 2025.

Kuliner juga menjadi andalan kota ini, sebab itu jangan lupa menikmati kuliner yang begitu kaya.

Cobalah nikmati bubur guting ala Singkawang, rasanya enak sekali.

Segala jenis kuliner, di sajikan oleh berbagai suku yang ada di kota ini, kata Yulianus, terus mempromosikan kotanya dengan penuh bangga.

Heriansyah, Kaban Kesbangpol Kalimantan Selatan, menyampaikan kekagumannya pada kota Singkawang, dan mengaku telah berkeliling menaiki sepeda, menyusuri pelosok kota hingga pasar.

“Untuk melihat suatu kota, lihat saja pasarnya. Kalau pasarnya tertata rapi, tidak becek, apalagi kumuh, maka kota tersebut berarti hebat. Pasar di kota ini bukan saja tertata rapi, tapi indah dihiasi Kelenteng, Mesjid dan Gereja tertua,” katanya.

Sementara itu Ilham Masykuri Hamdie, Ketua FKUB Kalimantan Selatan, mengatakan ia dan pengurus FKUB, harus datang langsung kota Singkawang, karena kota ini tak terkalahkan soal toleransi.

Ilham pun kemudian mengajukan sejumlah pertanyaan tentang faktor serta hal apa yang membuat Kota Singkawang dengan mudah meraih predikat kota toleran?

Muhlis, Kepala Kantor Kemenag Kota Singkawang, menguraikan bahwa penyebab kota ini begitu toleran, karena sudah merupakan peninggalan nenek moyang.

Salah satu indikatornya Kelenteng, Gereja, pusat Misi dan Mesjid, letaknya berdekatan, berada pada satu lokasi. Seolah menjadi penopang kota, simbol bahwa perbedaan dapat tinggal berdampingan tanpa saling meniadakan.

Kota-kota lain boleh saja Konflik, namun Kota Singkawang menjadi tempat menyelesaikan konflik tersebut.

Jadilah kota ini tempat damai bagi yang berkonflik.

Festival Cap Go Meh yang sangat meriah, pernah terjadi pada hari Jumat. Hebatnya, begitu azan berkumandang, panitia perayaan festival cap go meh menghentikan aktivitasnya, padahal tidak ada yang memerintah.

Mereka sendiri yang berhenti. Pun ketika perayaan Imlek, yang muslim juga memakai pakaian Tionghoa, kata Muhlis.

Penolakan pendirian ibadah tidak pernah terjadi di kota ini. Syarat pendirian rumah ibadah terkait 90/60, tidak pernah dipaksakan.

Kalau warga setuju dibangun tempat ibadah, maka berdirilah tempat ibadah tersebut tanpa ada yang keberatan, kata Akbar, selaku Kaban Kesbangpol Singkawang.

“Di tempat lain mungkin toleransi juga terjaga dengan baik, hanya saja pendokumentasiannya yang kurang bagus dan lengkap. Kami di sini mendokumentasikan segala sisi terkait hal-hal yang mendukung toleransi, sehingga ketika dipublikasikan, menjadi bahan literasi dan edukasi toleransi.”

Tiap hari besar keagamaan, dari seluruh agama, dirayakan secara bersama oleh warga kota. Karena dianggap sangat toleran atas segala perbedaan, akhirnya Ibu Walikota, diundang menjadi narasumber di berbagai forum internasional yang membicarakan kerukunan dan toleransi, membuat kota ini terus di kenal luas.

Tahun ini saja, hingga bulan Agustus, sudah ada 78 daerah yang datang belajar tentang toleransi ke kota Singkawng, termasuk hari ini dari Kalimantan Selatan, lanjut Akbar.

Toleransi merupakan satu kebutuhan bagi seluruh warga kota.

Dari dulu sudah ada kehidupan yang penuh toleran dan penghargaan pada semua yang berbeda. Kami yang hidup sekarang tinggal merawatnya.

Berdampak pada komposisi pemimpin daerah yang terpilih dalam setiap Pilkada, selalu mengakomodir minoritas.

Bahkan warga tidak pernah melihat perbedaan agama, kalau komitmennya kuat pada pemajuan warga, sekali pun minoritas, akan tetap terpilih. Warga tidak memilih berdasarkan agama atau etnisnya, namun nampaknya sudah lebih dewasa, melihat dari sisi komitmen dan integritasnya, kata As’ari, Ketua FKUB Kota Singkawang.

Hadir dalam forum tukar pengalaman tersebut, berbagai tokoh kota Singkawang, termasuk perwakilan dari paguyuban suku dan agama, serta organisasi seni budaya.

Berbagai pertanyaan diajukan, untuk menggali segala informasi dan pengetahuan yang menyebabkan kota Singkawang begitu toleran.

Wahyuddin, Nasrullah, Noorhalis Majid dan Zulkifli Tedja, tidak menyia-nyiakan untuk mencatat segala pengetahuan dan kearifan yang dibagikan dengan penuh keramahan.

Tidak terasa dialog berlalu lebih dari 2 jam, dan tentu masih banyak informasi yang harus terus digali.

Sayangnya rombongan FKUB harus kembali ke Pontianak dan mesti menempuh 4 hingga 5 jam perjalanan darat.

Namun pengetahuan yang didapat, telah memberi semangat dan motivasi, bahwa untuk merawat toleransi tidak dapat hanya dilakukan FKUB, tapi mesti seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah, termasuk majelis agama dan paguyuban seni budaya, tanpa kecuali.

Previous Post

Gubernur Kepri Sampaikan Pertimbangan untuk Perubahan APBD 2025

Next Post

Prabowo Pecat Immanuel Ebenezer dari Kabinet Merah Putih dan Wamenaker

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kategori

  • Daerah
  • Ekonomi
  • Hukrim
  • Metropolis
  • Nasional

Rekomendasi

Pelantikan 13 Pejabat Fungsional oleh Wali Kota Tanjungpinang

Pelantikan 13 Pejabat Fungsional oleh Wali Kota Tanjungpinang

Satpol PP Tanjungpinang Segel Bangunan Ilegal di Drainase, Langgar Perda dan Tanpa Izin

Satpol PP Tanjungpinang Segel Bangunan Ilegal di Drainase, Langgar Perda dan Tanpa Izin

Istri Penggal Suami di Paramasan Atas, Keluarga Ungkap Pelaku Minta Tas dan Sandal di Lokasi

Istri Penggal Suami di Paramasan Atas, Keluarga Ungkap Pelaku Minta Tas dan Sandal di Lokasi

Sidebar

Rilisutama.com

© 2025 Rilisutama.com – All Rights Reserved.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Metropolis
  • Ekonomi
  • Daerah
  • Hukrim
  • Nasional

© 2025 Rilisutama.com – All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In