Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PUPR) Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, mengambil langkah progresif untuk menurunkan angka stunting melalui inovasi bernama Kelola Limbah Lawan Stunting (Kaminting).
Kepala Dinas PUPR Balangan, Rahmadiah, menjelaskan bahwa inovasi ini merupakan respons terhadap sejumlah isu strategis dalam pengelolaan air limbah domestik, termasuk keterbatasan infrastruktur, rendahnya kesadaran masyarakat, serta kurangnya pendanaan untuk pengolahan yang ramah lingkungan.
Pentingnya Inovasi dalam Pengelolaan Air Limbah
Inovasi Kaminting diciptakan untuk menjawab tantangan signifikan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Balangan. Salah satu tantangan utama adalah tingginya kadar pencemaran yang terjadi akibat rendahnya pengolahan air limbah. Hanya 12 dari 514 kota di Indonesia yang memiliki sistem pengolahan yang memadai, dan cakupan layanan untuk rumah tangga sangat rendah, sekitar satu persen.
Statistik ini menunjukkan perlunya tindakan konkret. Pencemaran yang diakibatkan oleh air limbah yang tidak diolah dengan baik, seperti air hitam dan air kelabu, tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat. Infrastruktur yang tidak memadai dan sistem pengelolaan yang sering tidak berfungsi optimal turut memperburuk keadaan. Biaya yang tinggi dan kurangnya partisipasi masyarakat juga menambah kompleksitas masalah ini.
Strategi untuk Meningkatkan Kesadaran dan Kualitas Pengelolaan Limbah
Agar efektivitas pengelolaan air limbah dapat terwujud, diperlukan pendekatan multifaset. Dalam hal ini, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengelolaan Air Limbah Domestik (UPTD PALD) menjalankan sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah domestik, menjangkau masyarakat melalui kecamatan, desa, dan media sosial. Langkah ini bertujuan agar masyarakat lebih memahami dan terlibat dalam pengelolaan yang baik.
Pengelolaan air limbah yang baik tidak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan mengurangi pencemaran, risiko kesehatan dapat diminimalisir, serta kualitas air di sekitar wilayah pemukiman dapat ditingkatkan. Hal ini akan berdampak tidak hanya pada perlindungan lingkungan, tetapi juga pada efisiensi penggunaan sumber daya dan dukungan terhadap aktivitas ekonomi lokal.
Dalam pelaksanaannya, inovasi ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat mengenai cara-cara pengelolaan air limbah domestik yang efektif, serta meningkatkan pencapaian dalam pengelolaan limbah di daerah. Sebagai penutup, Leny Desy Noviyanti menekankan pentingnya peningkatan kontrol terhadap pengelolaan air limbah untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan.