Tanjungpinang – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad menegaskan bahwa pelaksanaan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadist (STQH) bukan hanya ajang perlombaan, melainkan juga bentuk syiar dan upaya kolektif untuk menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadist di tengah masyarakat.
Dengan semakin banyaknya perhelatan seperti ini, pertanyaan yang muncul adalah: seberapa besar dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat? Kegiatan ini memiliki makna penting dalam menanamkan pendidikan karakter berbasis agama serta meningkatkan kualitas spiritual masyarakat.
Makna dan Tujuan Pelaksanaan STQH
Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadist menjadi lebih dari sekadar kompetisi; ia merupakan wadah untuk menyalurkan bakat dan minat para peserta di bidang keagamaan. Bahkan, dalam suasana penutupan STQH XI, Gubernur Ansar menekankan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari ikhtiar untuk membumikan ajaran Al-Qur’an dan Hadist dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah momen di mana masyarakat dapat saling berbagi pengetahuan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam agama.
Data menunjukkan bahwa program-program berbasis keagamaan seperti STQH dapat mempengaruhi perilaku sosial masyarakat. Masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan cenderung lebih toleran dan saling menghargai. Pada penutupan tersebut, Gubernur memberikan apresiasi kepada semua pihak, mulai dari panitia hingga peserta, menjadikan acara ini sebagai contoh kolaborasi yang sukses dalam membangun masyarakat.
Dampak Jangka Panjang Kegiatan Keagamaan
Melihat dari sisi lain, perlu ada strategi yang lebih solid untuk memastikan bahwa semangat kompetisi ini tidak berhenti di sini. Gubernur Ansar menekankan pentingnya semangat terus belajar dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an. Ini mengingatkan kita bahwa tujuan akhir dari kompetisi bukan hanya untuk meraih piala, tetapi untuk hidup dalam nilai-nilai yang diajarkan.
Khususnya bagi yang belum berhasil meraih juara, penting untuk tidak berkecil hati. Setiap individu pasti memiliki potensi unik yang bisa dikembangkan lebih jauh. Sementara itu, Wali Kota Batam Amsakar Achmad menerima piala bergilir juara umum, menandakan bahwa kompetisi ini juga menjadi ajang untuk saling memotivasi antar daerah.
Pesan moral dari ajang seperti ini adalah bahwa kualitas keberhasilan tidak terletak pada hadiah, melainkan pada keinginan untuk terus belajar. Dengan pengunjung yang memenuhi gedung setiap malam, semangat masyarakat untuk mendukung acara ini menunjukkan bahwa kegiatan seperti STQH mendapatkan respon positif dan dapat memupuk rasa kebersamaan. Ini adalah langkah awal untuk membangun generasi yang lebih baik.
Melalui momen berharga seperti ini, kita diingatkan bahwa keberadaan kegiatan keagamaan memiliki peranan penting dalam menciptakan struktur sosial yang lebih baik, serta memperkuat ikatan antar masyarakat. Harapan ke depan, semoga kegiatan ini akan terus berlanjut dan semakin menarik lebih banyak peserta serta pengunjung.