BANJIR bandang menerjang sejumlah kawasan di Bali akibat hujan deras yang terjadi sejak Selasa (9/9).
Limpahan air hujan yang cukup banyak membuat Sungai Badung meluap.
Akibatnya, rumah di bantaran sungai—utara Jembatan Hasanudin Denpasar—roboh, Rabu (10/9) pagi.
Empat orang penghuni rumah terjatuh, tiga di antaranya hanyut terbawa arus, sementara satu selamat dengan luka di kepala. Pencarian korban masih berlangsung.
Dari sejumlah video di media sosial, banjir bandang ini membuat kondisi beberapa kawasan porak-poranda.
Kepala BPBD Provinsi Bali, I Gede Agung Teja Bhusana, mengatakan banjir di sejumlah daerah di Provinsi Bali kali ini merupakan yang terparah dalam satu dekade terakhir.
Sementara itu, kabar beredar bahwa dua orang meninggal dunia dan lebih dari 200 orang telah dievakuasi di berbagai wilayah di Bali.
“Ada yang memang ditemukan korban, dua orang meninggal,” ujar Gubernur Bali, Wayan Koster.
Dua orang yang meninggal tersebut merupakan warga Kabupaten Jembrana, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BPBD mencatat empat wilayah administrasi kota dan kabupaten di Provinsi Bali terdampak banjir.
Wilayah yang terdampak banjir berada di Kabupaten Jembrana, Gianyar, Tabanan, Klungkung, dan Kota Denpasar.
BNPB menjelaskan bahwa banjir di wilayah Bali terjadi sejak Selasa (9/9) malam, setelah hujan lebat mengguyur beberapa daerah semalaman.
Di Jembrana, banjir terjadi di beberapa titik. BNPB juga mencatat bahwa banjir di Jembrana menimbulkan dua korban jiwa.
“Data sementara yang diterima BNPB pada Rabu (10/9) pukul 11.30 WIB menunjukkan dua warga meninggal dan 103 KK (200 jiwa) terdampak di Kabupaten Jembrana,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan kepada wartawan.
BNPB juga mencatat 85 warga mengungsi di beberapa lokasi di Kabupaten Jembrana, termasuk pos balai Desa Yeh Kuning dan Musala Assidiqie.
Di Kabupaten Klungkung, 104 keluarga dengan 423 jiwa juga mengalami dampak banjir. Sejumlah wilayah lain yang terdampak saat ini masih dalam proses pendataan.
Penyebab Banjir Bandang di Bali
Penyebab banjir bandang ini tidak lepas dari faktor cuaca ekstrem yang melanda Bali dalam beberapa waktu terakhir. Ini biasanya terlihat dengan adanya hujan lebat yang berlangsung selama berjam-jam. Selain itu, kondisi geografis Bali yang sebagian besar terdiri dari dataran tinggi sangat memengaruhi cara air mengalir ke dataran rendah.
Dengan demikian, ketika intensitas hujan sangat tinggi, ada risiko besar terjadinya luapan sungai. Menurut analisis cuaca, kombinasi antara curah hujan tinggi dan pengelolaan drainase yang kurang baik menjadi faktor kunci penyebab banjir yang terjadi baru-baru ini. Banyak wilayah di Bali yang belum sepenuhnya memiliki infrastruktur penanganan banjir yang memadai, sehingga ketika banjir melanda, dampaknya bisa sangat besar.
Dampak dan Tindakan Penanganan Darurat
Dampak dari banjir ini sangat luas, meliputi hilangnya nyawa, kerusakan infrastruktur, serta ancaman kesehatan bagi masyarakat. Dengan banyaknya orang yang terpaksa mengungsi, ada potensi meningkatnya risiko penyebaran penyakit. Selain itu, kerusakan fasilitas umum dan sarana transportasi semakin memperburuk situasi. Ini menjadi tantangan besar bagi semua pihak terkait, terutama pemerintah setempat dalam melakukan penanganan darurat.
Pemerintah melalui BNPB tak henti-hentinya memperingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman bencana alam seperti ini. Mereka juga melaksanakan penanggulangan melalui evakuasi, penyediaan tempat tinggal darurat, serta penyaluran bantuan. Pendataan korban dan kerugian juga terus dilakukan agar langkah-langkah pemulihan bisa segera diambil.
BNPB juga menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana di masa depan. Kesiapsiagaan komunitas lokal menjadi salah satu aspek penting untuk mengurangi risiko saat bencana terjadi. Dengan pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik tentang situasi cuaca dan perilaku sungai, diharapkan masyarakat bisa lebih siaga dan responsif.
Melalui peristiwa ini, kita semua diingatkan tentang pentingnya tindakan preventif dan kesadaran akan alam. Seluruh elemen masyarakat diasah untuk lebih peka terhadap potensi bencana yang bisa melanda kapan saja. Banjir kali ini menjadi isyarat bagi semua pihak untuk tidak mengabaikan upaya klasik dalam mitigasi bencana, yang sering kali terabaikan oleh kesibukan sehari-hari.